(La Ilaha Illallah)
Awali dengan bismillah
Assalamualaikum saudaraku, pada tulisan yang lalu saya mengatakan akan
menulis tentang syarat-syarat dari pernyataan kalimat tauhid yakni لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ (La Ilaha Illallah) pada tempo hari yang lalu, dalam blog ini saya menulis bahwa pernyataan لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ (La Ilaha Illallah) merupakan kunci surga seperti tulisan dibawah ini
"Dalam buku Tamasya ke Surga terjemahan
dari kitab yang ditulis Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah dengan judul asli
"Hadil Arwaah ila Biladil Afraah " , dikatakan pada BAB 14.
Hasan bin Arafah berkata bahwa telah berkata kepada kami Ismail bin
Ayyasy dari Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Hasan dari Syahr bin Husyab
dari Muadz bin Jabal Radiyallahu anhu yang berkata bahwa Rasulullah
Shallallahu alaihi wassallam bersabda,
(sumber: http://www.acowahab.blogspot.com/)
sebelum saya membahas syarat-syarat dari لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ (La Ilaha Illallah), saya akan membahs terlebih dahulu maknanya,
Makna لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله (La Ilaha Illallah)
Makna لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ (La Ilaha Illallah) yaitu لا معبود بحق إلا الله (Tidak ada (sesembahan) yang diibadahi dengan benar selain Allah). makna لاَ إِلَهَ
menafikan (meniadakan) hak penyembahan selain ALLAH, siapa pun itu,
entah itu patung, jin (setan), manusia (orang yang disembah dan dia
ridha dengan penyembahan tersebut),makna إِلاَّ اللهُ melakukan pengisbatan (menetapkan) hak ALLAH semata untuk disembah.
khabar لاَ harus ditaqdirkan dengan bihaqqin (بحق /yang hak), tidak boleh ditaqdirkan dengan maujud (موجود/ada).
Karena ini menyalahi kenyataan yang ada, sebab tuhan yang disembah
selain Allah banyak sekali. Hal itu akan berarti bahwa menyembah
tuhan-tuhan tersebut adalah ibadah pula untuk Allah. Ini tentu kebatilan
yang nyata.
Syarat-Syarat لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله (La Ilaha Illallah)
1. Ilmu
ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala berfirman
:
“
Dan orang-orang yang menyeru kepada selain ALLAH tidak mendapat syafaat
(pertolongan di akhirat) kecuali orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan
mereka menyakini.”
(Az-Zukhuf (43) :86).
Maksudnya
orang yang bersaksi dengan لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله (La Ilaha Illallahu), dan memahami dengan hatinya apa
yang diikrarkan oleh lisannya. Seandainya ia mengucapkan, tetapi tidak mengerti
apa maknanya, maka persaksian itu tidak sah dan tidak berguna.
Dalil dari As-Sunnah
Hadits
yang terdapat dalam kitab Shahih Muslim dari Utsman rodiyallahu anhu, dia
menuturkan bahwa Rasulullulah Shallallahu Alaihi Wassallam bersabda:
“
Barangsiapa yang meninggal dan mengetahui bahwa tidak ada sesembahan yang
berhak disembah kecuali ALLAH, maka dia akan masuk surga”
(HR. Muslim)
2. Yaqin (Yakin, menafikan syaq
(keraguan))
Orang
yang mengikrarkan kalimat tauhid لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله (La Ilaha Illallahu) harus yakin dengan
kandungan kalimat tauhid itu. Manakala ia meragukannya, maka sia-sia belaka
persaksian itu
ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala berfirman
:
“
Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman
kepada ALLAH dan RasulNya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad
dengan harta dan jiwanya di jalan ALLAH. Mereka itulah orang-orang yang benar”
(Q.S Al-Hujurat (49):15)
Ayat
diatas menerangkan, ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala mensyaratkan bahwa agar keimanan
mereka kepada ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala dan RasulNya dikatakan sebagai iman
yang sebenar-benarnya maka mereka harus yakin dalam artian tidak boleh
ragu-ragu (dalam beriman). Orang yang ragu-ragu dalam beriman termasuk golongan
orang-orang munafik.
Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wassallam bersabda:
“Siapa
yang engkau temui dibalik tembok (kebun) ini, yang bersaksi bahwa tiada ilah
yang berhak disembah selain ALLAH dengan hati yang menyakininya, maka berilah
kabar gembira dengan (balasan) surga”
(HR. Bukhari)
Maka
siapa yang hatinya tidak menyakini atau ragu-ragu, ia tidak berhak masuk surga.
3. Ikhlas (Yang menafikan Syirik)
Yaitu
membersihkan amal dari segala debu-debu syirik, dengan jalan tidak bermaksud
untuk mendapatkan isi dunia, riya’ atau sum’ah tatkala mengucapkannya.
ALLAH
Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Ingatlah
! Hanya milik ALLAH agama yang murni (dari syirik). Dan orang-orang yang
mengambil pelindung selain Dia (berkata), “kami tidak menyembah mereka
melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada ALLAH dengan
sedekat-dekatnya.” Sungguh, ALLAH akan memberi putusan di antara mereka tentang
apa yang mereka perselisihkan. Sungguh, ALLAH tidak memberi petunjuk kepada
pendusta dan orang yang sangat ingkar”
(Q.S
Az-Zumar (39):3)
“Padahal
mereka hanya diperintah menyembah ALLAH, dengan ikhlas menaatiNya semata-mata
karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan
zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar)”
(Q.S Al-Bayyinah (98):5)
Dalil As-Sunnah
Dalam
kitab Shahih Bukhari dari Abu Hurairah dari Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wassallam, beliau bersabda:
“Orang
yang paling berbahagia dengan syafaatku adalah orang yang mengucapkan لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله (La Ilaha
Illallahu ) dengan ikhlas dari dalam lubuk hatinya (atau dirinya).”
(HR.Bukhari)
Dalam
kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim diriwayatkan sebuah hadits dari Itban
bin Malik dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassallam, beliau bersabda
“Sesungguhnya
Allah mengharamkan atas neraka orang yang mengucapkan لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله (La Ilaha Illallahu) karena
menginginkan ridha ALLAH.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim).
4. Shidq (Jujur, menafikan kadzib
(dusta)).
Yaitu
mengucapkan kalimat ini dan hatinya juga membenarkannya. Manakala lisannya
mengucapkan, tetapi hatinya mendustakan, maka ia munafik dan pendusta.
ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“
Diantara manusia ada orang-orang yang mengatakan , ‘kami beriman kepada ALLAH
dan hari kemudian, ‘padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang
beriman. Mereka hendak menipu ALLAH dan orang-orang yang beriman, padahal
mereka hanya menipu dirinya sendiri, namun mereka tidak sadar. Dalam hati
mereka ada penyakit lalu ALLAH menambah penyakit mereka; dan bagi mereka siksa
yang pedih, disebabkan mereka telah berdusta.”
(Q.S
Al-Baqarah (2) :8-10).
Dalil dari As-Sunnah
Hadits
yang terdapat dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dari Muadz Bin Jabal
dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassallam, beliau bersabda:
“Tidakkah
seseorang itu bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah
melainkan ALLAH dan Muhammad adalah hamba dan utusanNya dengan sebenar-benarnya
dalam hati melainkan ALLAH mengharamkan masuk neraka.”
(HR. Bukhari).
5. Mahabbah (Kecintaan, yang menafikan
baghdha’ (kebencian)).
Maksudnya
mencintai kalimat ini serta isinya, juga mencintai orang-orang yang mengamalkan
konsekuensinya.
ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Dan
diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan ALLAH;
mereka mencintainya sebagaimana mencintai ALLAH. Adapun orang-orang beriman
sangat cinta kepada ALLAH.”
(Q.S Al-Baqarah (2): 165).
6. Inqiyad (Patuh, yang menafikan tark
(meninggalkan)).
ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala berfirman
:
“
Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepadaNya sebelum
dating azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong.”
(Q.S Az-Zumar (39): 54)
“Dan
barang siapa berserah diri kepada ALLAH, sedang dia orang yang berbuat
kebaikan, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul (tali) yang kokoh.
Hanya kepada ALLAH kesudahan segala urusan.
(Q.S Luqman (31): 23)
Jika
kita mau melihat teks arabnya, kalimat Al-‘Urwatul Wutsqa (pada tali kokoh) adalah La Ilaha Illallahu.
Dan makna yuslim wajhahu adalah yanqadu (patuh,pasrah)
7. Qabul (Menerima, yang menafikan
radd (penolakan))
Menerima
kandungan dan konsekuensi dari kalimat tauhid, menyembah ALLAH Subhanahu Wa
Ta’ala semata dan meninggalkan ibadah selainNya.
Siapa
yang mengucapkan, tetapi tidak menerima dan menaati, maka ia termasuk
orang-orang yang difirmankan ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala dalam suroh Ash-Shaffat
ayat 35-36
ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala
berfirman:
“Sesungguhnya
mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka, لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله (La Ilaha Illallahu) (tiada
sesembahan yang berhak disembah melainkan ALLAH ) mereka menyombongkan dir. Dan
mereka berkata,’ apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan
sembahan-sesembahan kami karena serang
penyair gila?”
(Q.S Ash-Shaffat (37) : 35-36)
Ini
seperti halnya penyembah kuburan yang mereka mengikrarkan لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله (La Ilaha Illallahu),
tetapi tidak mau meninggalkan penyembahan terhadap kuburan. Seperti orang yang
mendatangi dukun untuk bertanya sesuatu yang gaib dimana mereka mengikrarkan لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله (La Ilaha Illallahu), tetapi tidak mau meninggalkan kebiasaannya. Seperti orang yang
berhukum selain dengan hukum ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala yang mereka mengikrarkan لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله (La Ilaha Illallahu), tetapi tidak mau berhukum dengan hukum ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala malah membuat hukum-hukum
tandingan.
demikianlah
yang dapat saya bagi kepada rekan-rekan semua, kurang lebihnya saya
minta maaf, sungguh kesalahan dari saya dan setan yang terkutuk dan
sungguh kebenaran datang dari ALLAH maka janganlah kita ragu. Ila liqo,
Wassallamualaikum Warohmatullahi Waborakatuh
Akhiri dengan Alhamdulillah.
0 komentar:
Posting Komentar